Marwita Magiswara Melahirkan Angkatan Pertama Kepala Sekolah Swasta Bersertifikasi
BANDUNG, MARWITA MAGISWARA: Marwita Magiswara Pusdiklat Santo Aloysius telah melahirkan kepala sekolah swasta bersertifikasi angkatan pertama di Indonesia. Sertifikat --Nomor Unik Kepala Sekolah (NUKS)—diserahkan secara langsung oleh Kepala Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Indonesia Prof. Dr. Siswandari, M. Stat., kepada kepala sekolah- kepala sekolah TK, SD, SMP, SMA di bawah lingkungan Yayasan Mardiwijana Bandung – Satya Winaya, bertempat di Marwita Magiswara Pusdiklat Santo Aloysius, Bandung, (6/10). Prof. Sis panggilan akrab Guru Besar di Universitas Sebelas Maret Surakarta tersebut, menilai momen ini sangat istimewa karena Marwita Magiswara sudah melahirkan para kepala sekolah bersertifikasi. Marwita Magiswara menjadi simbol kebangkitan pendidikan swasta di tanah air yang secara kuantitas jumlahnya sangat dominan sekitar 70 persen dibandingkan sekolah negeri yang hanya 30 persen, bahkan pada beberapa kabupaten/kota tertentu perbandingannya sangat menyolok dimana sekolah negeri 10 persen dan swasta 90 persen . “Saya ingin pendidikan swasta segera bergerak untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air. Pasalnya pendidikan swasta dari sisi jumlah sangat mendominasi. Wajar saja meski pemerintah telah berusaha melakukan berbagai upaya untuk memberikan perhatian lebih kepada peningkatan mutu pendidikan nasional, tetapi hasilnya belum berdampak secara signifikan karena perhatian pemerintah lebih difokuskan pada sekolah negeri,” tandas Prof. Sis dalam orasi ilmiah bertajuk “Peran Strategis Kepala Sekolah Swasta Dalam Memimpin Revolusi Mental Bangsa Indonesia”. Ditegaskan tolok ukur atas kualitas pendidikan di tanah air antara lain dapat mengacu pada ranking Human Development Index (HDI) dimana Indonesia pada tahun 2014 ini masih berada diperingkat 108 dari 187 negara, tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga seperti Singapura yang berada di posisi 9, dan Malaysia di posisi ke 62, bahkan masih kalah jika dibandingkan dengan China yang berada pada peringkat 91. Salah satu komponen utama yang diukur oleh lembaga riset dunia adalah berkaitan dengan kualitas pendidikan suatu negara berdasarkan jumlah penduduk melek huruf dan tingkat partisipasi diseluruh jenjang pendidikan yang ada di masing-masing negara. Prof. Sis yang juga lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di negeri Kanguru, Australia tersebut wanti-wanti masih banyak PR pemerintah yang harus dikerjakan untuk membenahi mutu pendidikan di tanah air. Seperti yang terjadi dalam meningkatkan profesionalitas kepala sekolah melalui program sertifikasi kepala sekolah, selama ini pemerintah cenderung mengedepankan kepala sekolah yang berada di sekolah negeri. Dipaparkan jumlah sekolah di seluruh Indonesia sebanyak 271.334 yang berarti mutu kinerja guru juga sangat tergantung dari 271.334 orang kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah masing-masing. Sayang sekali LPPKS yang diserahi mandat untuk melayani kepala sekolah-kepala sekolah yang ada di sekolah negeri yang jumlahnya sangat sedikit saja, belum mampu merangkul semuanya karena hingga tahun 2014 jumlah kepala sekolah negeri yang telah mengantongi NUKS baru sekitar 10.000 orang atau sekitar 3 persen saja. Masalah terbesar justru pada sekolah swasta yang jumlahnya mencapai hampir 200.000 orang hingga sekarang ini dilayani oleh Marwita Magiswara. Marwita Magiswara yang berdiri tahun 2013 lalu dan merupakan satu-satunya lembaga swasta yang bekerjasama dengan LPPKS untuk menyelenggarakan program sertifikasi kepala sekolah sudah melaksanakan dua kali program diklat kepala sekolah dan saat ini sedang berlangsung tahap yang ketiga. Prof. Sis menyarankan kepada yayasan-yayasan penyelenggara pendidikan swasta untuk tidak bersikap menunggu anjuran dan bantuan dari pemerintah. Lembaga pendidikan swasta diharapkan lebih dahulu melangkah memulai revolusi mental di bidang pendidikan agar bangsa Indonesia segera menjadi bangsa yang maju, adil, makmur dan mandiri. Diakui kualitas pendidikan swasta sangat beragam dari sekolah-sekolah yang dikelola yayasan yang sangat mampu dari segi finansial dan mempunyai manajemen sekolah yang sangat baik, hingga yayasan yang kecil dan manajemen sekolahnya sangat terbatas. Kepala Pusdiklat Marwita Magiswara Dr. Sherly Iliana, Ir., MM., mengamini penegasan Prof. Sis bahwa sekolah swasta harus segera bergerak sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kenyataan sekolah negeri telah melakukan berbagai pembenahan baik infrastruktur sekolah dan SDM, khususnya para kepala sekolah. Melalui Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah dan Permendiknas No. 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, dimana pemerintah telah memberikan rambu-rambu tentang posisi strategis kepala sekolah. Regulasi Permendiknas ini bersifat mengikat bagi sekolah negeri maupun swasta. “Sekolah negeri sudah mempersiapkan para calon kepala sekolahnya untuk mengikuti program sertifikasi kepala sekolah. Sementara itu sejauh mana persiapan sekolah swasta?” imbuh Sherly dengan nada bertanya. Sekolah Swasta Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Jawa Barat Dr. Bambang Sutrisno menjelaskan potret pendidikan swasta di Jawa Barat dapat merepresentasikan pendidikan nasional dimana jumlah sekolah swasta sekitar 65 persen dibandingkan sekolah negeri yang hanya 35 pesen. Permasalahannya sebagian besar sekolah swasta (75 persen) kualitasnya kurang baik karena yayasan penyelenggaranya belum kuat. Sementara jika mengacu pada undang-undang, sebenarnya pemerintah tidak hanya bertanggung-jawab terhadap pengembangan sekolah-sekolah negeri, tetapi juga wajib membantu sekolah swasta. Seperti dalam implementasi program sertifikasi kepala sekolah seharusnya pemerintah tidak hanya mengirimkan kepala-sekolah yang ada disekolah negeri, tetapi juga mereka yang mengabdikan dirinya di sekolah swasta yang jumlahnya sangat dominan tersebut. “Pemda diharapkan selain mengirimkan kepala sekolah di sekolah negeri, juga kepala sekolah di sekolah swasta. Seandainya Pemda mengirimkan 40 kepala sekolah untuk mengikuti program sertifikasi alangkah baiknya jika sebagian diantaranya berasal dari sekolah swasta. Bisa saja sebanyak 30 orang adalah kepala sekolah negeri dan sisanya sebanyak 10 orang dari sekolah swasta,” imbuh Bambang. Ini penting artinya bagi Pemda Provinsi Jawa Barat, karena kalau hanya fokus pada penyelenggaraan sekolah negeri maka kemajuan secara keseluruhan pendidikan di daerah ini tidak akan signifikan karena sebagian besar adalah sekolah swasta. Sekretaris Dinas Pendidikan Kodya Bandung, Drs. Dadang Iradi, M.Pd, yang juga hadir dalam acara penyerahan NUKS mengatakan pada tahun 2014 ini Pemda Kodya Bandung berencana mengirimkan 40 calon kepala sekolah negeri untuk mengikuti program sertifikasi kepala sekolah ke LPPKS. “Pemda Kodya Bandung baru mulai mengganggarkan untuk 40 orang kepala sekolah negeri pada tahun 2014 ini dari sebanyak 1.200 kepala sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK yang ada di seluruh wilayah kota Bandung. Pemda mengapresiasi Marwita Magiswara sebagai lembaga swasta telah melahirkan kepala sekolah-kepala sekolah swasta bersertifikasi,” papar Dadang. Wisma Baru Wisma Marwita Magiswara resmi beroperasi September 2014 untuk melengkapi Marwita Magiswara Pusdiklat Santo Aloysius yang berdiri awal September tahun 2013 lalu. Dengan beroperasinya wisma untuk peserta pelatihan diharapkan program-program pelatihan yang diperuntukkan bagi para kepala sekolah, para guru, dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah swasta akan semakin efektif dan efesien. Wisma yang mampu menampung 60 peserta pelatihan dilengkapi dengan ruang makan, ruang belajar, fasilitas WIFI, dapur, serta tempat tidur yang representative untuk para peserta. Gedung berlantai 3 menghadap kearah selatan memberikan pemandangan indah perbukitan yang dibelah oleh jalan Tol Cipularang penghubung Ibu Kota Jakarta – Kota Bandung. Oleh karena itu, selain dapat menikmati pemandangan indah, para peserta juga dapat menikmati udara sejuk kota Bandung dan kabut pegunungan yang sekali-kali menghampiri kawasan ini pada pagi dan malam hari. Misa syukur menandai beroperasinya Wisma Marwita Magiswara yang di selenggarakan dengan sederhana di pimpin secara konselebrasi oleh Pastor Agustinus Sudarno OSC., Andreas Dedi OSC., dan Fransiskus Samong OSC, (25/9) lalu. Wisma yang letaknya berdekatan (sekitar 200m) dari Gedung Marwita Magiswara Pusdiklat Santo Aloysius dipastikan akan berdampak pada kemudahan implementasi program diklat yang sangat terikat oleh waktu. Selain itu pula Pusdiklat dapat terus mengembangkan program-program lainnya dengan telah tersedianya sarana penunjang diklat yang lebih lengkap. Jop.

Copyright © Marwitamagiswara.org. All Rights Reserved