Alasan Mengapa Harus Ikut
Diklat “Merdeka Belajar Berbasis ICT” Di Marwita Magiswara?
|
BANDUNG, MARWITA MAGISWARA : Sekarang ini eranya generasi digital, paradigma peserta didik sudah berubah akibat revolusi industry 4.0. Sementara para guru pada umumnya adalah mereka yang terlahir pada era-era setelah perang kemerdekaan “60 – 70 an”dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi belum secepat dan sehebat dewasa ini. Banyak produk teknologi informasi yang merupakan andalan dimasa lalu, kini telah hilang terderupsi oleh teknologi baru.
Demikian kesimpulan wawancara dengan salah seorang master trainer “Diklat Merdeka Belajar Berbasis ICT”, Cepi Riyana di sela-sela coffee break, di Marwita Magiswara, Bandung, baru-baru ini.
“Dulu hari raya Idhul Fitri, Natal, Paskah, atau HUT seorang teman belum afdol jika belum berkirim kartu ucapan selamat via kantor pos. Sebaliknya sekarang cukup ketik di ponsel via WA sudah beres! Perpustakaan atau toko buku dulu mempunyai tempat khusus bagi para dosen, mahasiswa, atau pelajar, khususnya menjelang ujian, tetapi kini semuanya sudah tergantikan dengan e-library dan e-book yang dapat diakses dengan mudah dan murah. ” Papar Cepi.
Tidak hanya itu, banyak teknologi-teknologi baru bermunculan dengan “mengkanibalisasi” produk teknologi lama. Demikian juga para peserta didik era digital dewasa ini, semenjak lahir sudah menghirup dan merasakan aroma produk teknologi-teknologi baru. Cepi dapat memberikan gambaran umum, siapakah sebenarnya generasi digital itu?
Dia menyebutkan sebanyak 8 ragam karakteristik yang melekat dalam diri mereka. Yakni karakteristik independent dalam arti memiliki kebebasan dalam mengoperasikan perangkat digital yang tersedia semenjak mereka terlahir ke dunia ini.
Anak-anak era digital pada umumnya sangat fun dalam hidup mereka, karena dalam otak mereka ini telah terbangun persepsi, bahwa dalam kehidupan tidak ada kesulitan yang ada hanyalah tantangan. Mereka juga bertipe ekspresive, segala sesuatu ingin diperlihatkan kepada orang lain melalui media social.
Meski demikian, ketika berhadapan dengan segala sesuatu yang perlu proses dan sifatnya procedural, mereka menjadi terkesan kurang sabaran, inginnya serba instan! Generasi digital sangat aktif dalam mencari dan membagikan “sharing” informasi kepada orang lain sehingga dapat dikatakan merekalah produsen pasokan informasi terbesar di dunia. Dalam berkomunikasi juga selalu berharap ada feedback yang cepat.
Oleh karena itu mereka sangat familier dengan sarana komunikasi melalui panggilan video call, webinar (konfrensi), cat, WA, dan media social lainnya. Sengaja atau tidak sengaja iklim telah mengondisikan mereka untuk terlibat dalam kegiatan duplikasi informasi “collaboration” dengan pihak lain. Tantangan bagi guru yang mendampingi generasi digital akan sangat terbantu jika menguasai perangkat digital dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta didiknya. Sun.
|
|
|