Kepala Sekolah Harus Punya “Kompas”

BANDUNG, MARWITA MAGISWARA: Menjadi pemimpin, termasuk didalamnya kepala sekolah tidak mungkin  jadi dengan sendirinya. Pemimpin mengandaikan bekal pengalaman dan perangkat pengetahuan  tentang kepemimpinan agar mampu mengarahkan roda organisasi dengan efektif dan efesien.
                Mungkin saja orang-orang tertentu dilahirkan dengan karisma sebagai seorang pemimpin, tetapi jika tidak memiliki bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai  seorang pemimpin maka jalannya roda organisasi lebih mengedepankan selera sang pemimpin. Oleh karena itu, sangat penting ada Pusdiklat seperti Marwita Magiswara salah-satu misinya untuk mendidik dan melatih  para kepala sekolah sebagai pemimpin di dunia pendidikan.
Sebagai seorang  pemimpin, para  kepala sekolah harus dibantu untuk mengenali potensi yang telah dimiliki, diajak mendalami dan merefleksikan teori-teori kepemimpian, mengkaji regulasi-regulasi (ISL), dan akhirnya mengimplementasikan (OJL). Itulah   menjadi tugas Marwita Magiswara melalui salah-satu programnya sertifikasi kepala sekolah.
Para peserta setelah menyelesaikan program tersebut diharapkan akan menemukan dan mahir memanfaatkan ‘kompas’ kepemimpinan pendidikan di sekolah masing-masing,”  ujar FX. Erna Susanti, S.Pd., Kepala Sekolah SD Santa Ursula yang juga peserta diklat kepala sekolah Marwita Magiswara angkatan ke 2 dalam perbincangan santai di ruang kerjanya bilangan, Jl. Bengawan, Bandung, (14/11).
                Bekal perangkat kepemimpinan sangat penting karena tuntutan terhadap lembaga sekolah swasta dewasa ini begitu tinggi. Hal itu terjadi karena semakin meningkatnya iklim kompetisi, tuntutan orang-tua siswa, dan kemajuan teknologi -  informasi yang membuat masyarakat semakin cerdas dalam mempersiapkan bekal masa depan putra-putri mereka.
Oleh sebab itu, mengelola sekolah sekarang ini harus serius dengan mengindahkan prinsip-prinsip manajemen modern. Demikian halnya dalam mendampingi para siswa tidak dapat mengesampingkan teori-teori pembelajaran termutahir sehingga harapan dan kebutuhan siswa dalam mempersiapkan masa depannya dapat terpenuhi secara memuaskan.
                Permasalahannya harapan orang tua siswa tidak selamanya sesuai dengan visi dan misi yang digariskan oleh sekolah sehingga kepala sekolah dan yayasan harus mempunyai “kompas” yang jelas dalam membuat setiap kebijakan sekolah. “Semenjak ditunjuk sebagai kepala sekolah oleh yayasan, saat itu harus  mencari buku-buku yang diharapkan dapat membantu mempermudah tugas kepala sekolah, tetapi ternyata tidak mudah,” papar Erna yang sejak lulus dari SPG St. Angela, Bandung selalu mendapatkan kepercayaan untuk mengampu  mata pelajaran IPA tersebut.
                Mempersiapkan diri untuk memimpin puluhan guru hanya mengandalkan studi literatur dan tanpa persiapan cukup sebelumnya dirasa sangat berat. Pilihan untuk mengikuti studi lanjutan Program Master  Manajemen Pendidikan pada sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Bandung  pun terpaksa dilakukan, tetapi ilmu yang di dapatkan ternyata tidak selamanya dapat  segera diimplementasikan.
                “Beruntung yayasan menugaskan dirinya  untuk mengikuti Diklat Sertifikasi Kepala Sekolah di Marwita Magiswara. Paket pendidikan dan pelatihan yang berlangsung selama kurang lebih 6 bulan berupa teori melalui pendekatan In Service Learning (ISL) I dan II  serta  praktek On The Job  Learning (OJL) semakin meneguhkan perlu adanya kompas yang mengarahkan seorang pemimpin agar program-program sekolah berjalan dengan efektif dan efesien.  Kompas itu saya temukan di Marwita Magiswara berkat bimbingan para master trainer dan kesempatan berinteraksi intensif dengan sesama kepala sekolah dari berbagai latar belakang pendidikan dan yayasan tempat bernaung dalam iklim kebersamaan, silih asih, silih asah, dan silih asuh.” Zun  


Copyright © Marwitamagiswara.org. All Rights Reserved