BANDUNG, MM: Suyatno peserta diklat Calon Kepala Sekolah (CKS) Marwita Magiswara angkatan 8 mempunyai motivasi diatas rata-rata, sementara kalau dilihat dari segi usia sudah mendekati masa pensiun (53). Motivasi itu tidak muncul begitu saja, faktor dari dalam diri sendiri sudah pasti, karena untuk dapat mengikuti Diklat CKS di Marwita Magiswara harus menemui banyak hadangan setidaknya dari pihak pengurus yayasan yang bersikap pasif dan terkesan masa bodoh. Oleh karena itu, Suyatno harus merogoh kocek sendiri untuk dapat mengikuti Diklat CKS dengan pola In On In Service Learning selama 3 bulan atau setar 3 bulan plus 30 JPL The Spirit of Leardership.
Idealnya program pembinaan SDM guru, tendik, atau kepala sekolah swasta menjadi tanggung-jawab sepenuhnya yayasan, tetapi ini tidak dilakukan oleh yayasan saya. Sementara saya merasa pengetahuan dan pengalaman sebagai kepala sekolah menjadi sesuatu yang penting untuk dapat mengembangkan sekolah. Mengelola sekolah perlu pengetahuan manajerial, supervisi, kepemimpinan dan kewirausahaan, dan tentang 8 SNP yang tidak ditawarkan secara memadai di perguruan tinggi yang ada sekarang ini,” Papar Suyatno Staf Pengajar SMK NU Al Barokah Babat, Lamongan, Jatim.
Diakhir program Diklat CKS di Marwita Magiswara, dia merasa pertaruhan waktu, tenaga, dan materi tidak sia-sia. Tambahan berbagai ilmu dan pengalaman dari para Master Trainers, sudah pasti, tetapi berada dalam iklim pelatihan di tempat yang nyaman , pelayanan memuaskan, dan tentu suasana kebersamaan antar peserta dari berbagai penjuru tanah air menjadi nilai lain yang tidak mungkin didapatkan di tempat lain.
Pelaksanaan In Service Learning yang berlangsung selama 11 hari 10 malam menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan sepanjang hayat. Tiga hari di Wisma Gambung dengan udara sejuk, dan berada di tengah-tengah perkebunan teh jauh dari keramaian. Sesi-per sesi kegiatan dinamika kelompok benar-benar mengasah rasa percaya diri, kebersamaan, kerjasama, dan pengendalian diri untuk mengapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Fasilitas yang lengkap dengan berbagai model ruangan yang dimanfaatkan untuk tatap muka dengan para Master Trainer sehingga waktu yang panjang tidak terasa membosankan. Demikian halnya toilet, ruang makan, ruang belajar, dsb., dapat dibilang sangat representatif. Meski demikian tempat favorit selama mengikuti ISL dan OJL Suyatno setelah melakukan perjalanan jauh dengan kereta api dari Lamongan ke Bandung. Jop. |